BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan belajar merupakan sesuatu yang wajib dilaksanakan,
karena belajar merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh siswa pada umumnya,
termasuk juga mahasiswa. Belajar merupakan suatu tuntutan harus di lakukan oleh
semua orang pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya. Pendidikan adalah hal
yang sangt penting yang mendukung berkembagnya sumber daya manusia. Pendidikan
di Indonesia bertujuan untuk merndidik manusia agar memiliki kepribadian yang
baik, bermoral, dan menguasai bidang ilmu yang di tekuni selama mengenyam
pendidikan, serta bisa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Terkadang
harus diakui bahwa masalah penganguran
menjadi perhatian kita setelah lulus karena tujuan manusia untuk mengenyam
pendidikan rata-rata ingin mendapatkan pekerjaan yang di inginkan. Akan menjadi
kebanggan tersendiri bila mampu bersaing untuk memproleh pekerjaan yang menjadi
keinginan seseorang.
Makalah ini dimangsudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial sebagai
tugas presentasi kelompok.Psikologi social dimangsudkan agar semua
peserta didik terutama calon guru mengerti tentang psikologi, yang berguna
untuk mengahdapi kesulitan dalam mengajar nanti, disini kita diajar untuk
mengetahui sikap prilaku peserta didik. Inti dalam pengaruh global yaitu adanya
pergeseran nilai dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Masyarakat
dengan interaksinya akan menerima pengaruh sesuai dengan jamannya. Setidaknya
pasti akan mengalami pergeseran nilai dari budaya, baika yang positif ataupun
yang negatif
12. RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang yang telah di uraikan
diatas rumusan masalah yang dapat di tarik
adalah:
1.2.1 Apa yang dimangsud dengan pergeseran
nilai?
1,2.2 Apa factor penyebab pergeseran nilai masyarakat Tradisional
menuju masyarakat modern?
1.2.3 Apa dampak positif pergeseran nilai masyarakat tradisional ke
masyarakat modern?
1.2.4 Apa
dampak negative pergeseran nilai masyarakat tradisional ke masyarakat modern?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Mengacu dari latar belakang di atas tujuan yang ingin di capai dalam penulisan
makalah ini adalah:
1.3.1 Dapat
mengetahui pengertian pergeseran
niali masyarakat.
1.3.2 Dapat
mengetahui factor penyebab
pergeseran nilai masyarakat tradisional ke masyarakat modern.
1.3.3 Dapatmengetahui dampak positif pergeseran nilai
masyarakat tradisional ke masyarakat modern.
1.3.4 Dapat mengetahui dampak negative pergeseran
nilai masyarakat tradisional ke masyarakat modern.
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat yang di proleh penulis dalam
penulisan makalah ini adalah penulis dapat melatih diri dalam membuat karya tulis seperti makalah.
Sedangkan bagi pembaca dapat sedikitnya menambah wawasan tentang pergeseran
nilai yang dikaji dari mata psikologi social.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pergeseran Nilai
Masyarakat
Pergeseran nilai-nilai budaya dalam masyarakat terjadi seiring
pengaruh dari globalisasi dan pengaruh budaya lain.Perkembangan cyber space,
internet, informasi elektronik dan digital, ditemui dalam kenyataan sering terlepas
dari sistim nilai dan budaya. Perkembangan ini sangat cepat terkesan oleh
generasi muda yang cenderung cepat dipengaruhi oleh elemen-elemen baru
yang merangsang. Suka atau tidak bila tidak disikapi dengan kearifan
dan kesadaran pembentengan umat, pasti akan menampilkan benturan-benturan
psikologis dan sosiologis. Pada Era globalisasi telah terjadi perubahan perubahan
cepat. Dunia menjadi transparan, terasa sempit, hubungan menjadi sangat
mudah dan dekat, jarak waktu seakan tidak terasa dan seakan pula tanpa
batas. Perubahan yang mendunia ini akan menyebabkan pergeseran nilai-nilai
budaya tersebut. Perubahan tersebut meliputi perubahan yang arus
globalisasi
1. Menggeser Pola Hidup Masyarakat.
Dari agraris
tradisional menjadi masyarakat industri modern. Dari kehidupan berasaskan
kebersamaan, kepada kehidupan individualis. Dari lamban menjadi serba cepat. Dari
berasas nilai sosial menjadi konsumeris materialis. Dari tata kehidupan
tergantung dari alam ke kehidupan menguasai alam. Dari kepemimpinan formal
ke kepemimpinankecakapan (professional).
2. Pertumbuhan Ekonomi.
Globalisasi bergerak
kesana kemari. Tidak samata satu arah. Hala atau arahnya akan menyangkut
langsung kepentingan sosial pada masing-masing negara. Keberbagaian atau
keragaman yang berlaku selama ini berkesempatan untuk berubah bentuk menjadi
seragam dan serupa. Atau berlainan wadah serupa isi. Masing-masing negara
(bangsa, nation) akan berjuang memelihara kepentingannya sendiri- sendiri.
Kecenderungan sikap kurang memperhatikan nasib negara-negara lain akan
merupakan kewajaran saja. Kecenderungan ini berpeluan melahirkan kembali
"Social Darwinism", secara konseptual didalam persaingan bebas bentuk
apapun, yang kuat akan bisa bertahan dan yang lemah akan mati sendiri.
Perubahan-perubahan
tersebut otomatis menggeser nilai-nilai dalam masyarakat yang mengalami
perubahan-perubahan. Pergeseran-pergeseran nilai budaya adalah perubahan nilai
budaya dari nilai yang kurang baik menjadi baik ataupun sebaliknya. Salah astu
aspek yang bergeser dalam kehidupan masyarakat dewasa ini sistem nilai budaya
yang menjadi ciri khas dari suatu keluarga tertentu. Keluarga lebih banyak
dimasuki oleh budaya dari luar sehingga nilai budaya yang telah tertanam sejak
dahulu kala dan merupakan warisan leluhur hampir-hampir dilupakan oleh generasi
sekarang ini. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemajuan teknologi dan
pesatnya laju pembangunan yang membawa dampak perubahan dan pergeseran nilai di
masyarakat. Pergeseran nilai dalam masyarakat kita perlu
dilihat sebagai proses sosial. Artinya sebagai proses, ia belumlah sebagai
akhir dari tingkatan masyarakat. Masih ada lanjutan tingkatan yang terus
menjadi hingga sampai pada level terakhir.
Pergeseran
ini agar berjalan dengan baik, maka perlu pengawasan dari kita semua. Jangan
sampai budaya luhur yang telah ada menjadi kabur dan tidak up to date dengan
lingkungan kekinian. Pergeseran nilai selain bisa berakibat positif juga
negatif. Tergantung cara kita dalam melihat ruh pergeseran itu. Agar budaya
massa kita menjadikan pergeseran ini sebagai unsur konstruktif, maka perlu ada
penyadaran seluruh lapisan masyarakat. Penyadaran ini bisa dilakukan dalam
skala struktur sosial kita. Pada
masyarakat bali contohnya menurut widodo As dalam sambutan nya yang dibacakan
gubernur bali Dewa Made Brataha kala itu mengatakan kehidupan masyarakat Bali yang selama ini
dikenal ramah, sopan, bersahaja dan tidak mudah terprovokasi kini mengalami
pergeseran nilai. "Tindakan perbuatan yang mengarah anarkis dan emosional
dalam memecahkan serta menghadapi suatu persoalan dalam kehidupan
bermasyarakat," Ia mengatakan, kecenderungan yang bersifat kasuistis itu
seyogyanya tidak patut terjadi dalam lingkungan kehidupan masyarakat Bali. Bali
sebagai daerah tujuan wisata internasional, kasus-kasus seperti itu akan cepat
mencuat ke permukaan, baik di tingkat nasional maupun ke penjuru dunia. Jika
tindakan itu tidak dihentikan dari sekarang dikhawatirkan akan berpengaruh
terhadap citra pariwisata Bali yang telah memiliki konsep-konsep
adiluhung," ujar Widodo AS.
Konsep nilai yang luhur itu antara lain "menyama
braya" yakni semangat kebersamaan dan persaudaraan maupun konsep "tri
hita karana" yakni hubungan yang harmonis sesama manusia, lingkungan dan
Tuhan Yang Maha Esa.
"Konsep-konsep
luhur itu sudah saatnya dihayati kembali serta dilaksanakan dalam kehidupan
masyarakat Bali sehari-hari," harap Widodo AS.
2.2 Faktor Penyebab
Pergeseran nilai-nilai masyarakat Tradisional menuju Masyarakat Modern
Banyak penyebab bergesernya nilai-nilai
masyarakat dari masyarakat modern ke masyarakat tradisional, pergeseran itu
bisa berdampak positif ataupun negative, tergantung dari perubahan yang terjadi
di dalam masyarakat sebagai berikut:
a. Pengaruh Globalisasi
Globalisasi merupakan
perkembangan kotemporer yang mempunyai pengaruh dalam mendorong berbagai
kemungkinan tentang perubahan dunia yang berlangsung. Pebgaruh globalisasi akan
dapat menghilangkanberbagai halangan dan rintangan yang manjadikan dunia
semakin terbuka dan saling bergantung satu sama lainnya, globalisasi akan
membawa perspektif baru bagi dunia tanpa tapal batas yang saat ini diterima
sebagai realita masa depan yang akan mempengaruhi perkembangan budaya dan
membawa perubahan baru. Globalisasi berpengaruh pada hampir semua aspek
kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang dapat menerima adanya globalisasi,
seperti generasi muda, penduduk dengan status sosial yang tinggi, dan
masyarakat kota. Namun, ada pula masyarakat yang sulit menerima atau bahkan
menolak globalisasi seperti masyarakat di daerah terpencil, generasi tua yang
kehidupannya stagnan, dan masyarakat yang belum siap baik fisik maupun mental.
Dan jelaslah dalam globalisasi muncul pergeseran sebagai akibat pengaruh
globalisasi yang mambawa peubahan besar dari semua sector kehidupa.
b. Respon dari masyarakat selaku penerima
perubahan
Banyak masyarakat
mempunyai respon beda tentang pengaruh global. Biasanya Masyarakat
tradisional cenderung sulit menerima budaya asing yang masuk ke lingkungannya,
namun ada juga yang mudah menerima budaya asing dalam kehidupannya. Ini
tergantung dari masing-masing individu ada yang negative responnya dan ada juga
yang positif responnya. Pada masyarakat tradisional, umumnya unsur budaya yang
membawa perubahan sosial budaya dan mudah diterima masyarakat adalah, jika:
1. unsur kebudayaan tersebut membawa manfaat yang besar,
2. peralatan yang mudah dipakai dan memiliki manfaat,
3. unsur kebudayaan
yang mudah menyesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur tersebut.
Tapi kenyataannya
tidak juga demikian ada masyarakat yang menanggapi perubahan yang berbeda,
dalam artian negative
c. Pengaruh Modernisasi
SALAH satu efek dari
modernisasi adalah pergeseran nilai. Hal ini bisa dilihat dari perubahan yang
terjadi dalam masyarakat. Ketika ada unsur baru yang menarik di hati, maka
masyarakat pun dengan perlahan tapi pasti akan mengikut pada nilai tersebut.
Dalam hal ini nilai positif yang konstruktif dan negatif yang destruktif.
Fenomena yang paling tampak
depan mata adalah nilai budaya. Nilai ini setidaknya bisa dilihat dari tiga
hal: kognitif, interaksi sosial, dan artefak. Dalam tingkatan kognitif, budaya
berada dalam pikiran pemeluknya. Di situlah berkumpul nilai, pranata serta
ideologi. Pada skala interaksi sosial, bisa dilihat dan dirasakan karena ada
hubungan. Sedangkan dalam wilayah artefak, nilai yang telah diyakini oleh
pemilik kebudayaan itu ada dijelmakan dalam bentuk benda-benda.
Jika melihat perihal
masyarakat kita, pergeseran nilai budaya
memang wajar terjadi. Setidaknya ini terjadi karena efek dari modernisasi dan
globalisasi. Terkadang juga nilai budaya yang telah lama dipegang menjadi
sedemikian mudah untuk dilepaskan. Itu dikarena terlalu kerasnya tarikan modernitas.
Modernitas seharusnya
dimaknai sebagai pertemuan dari berbagai unsur dalam bumi. Ada kebaikan ada
keburukan, ada tinggi ada rendah, ada atas ada bawah. Kita perlu selektif dalam
mengadopsi unsur budaya yang masuk. Jangan sampai pranata sosial yang telah
lama dibangun kemudian runtuh hanya persoalan kemilau modernitas.
Kelompok yang paling mudah
mendapat pengaruh modernitas adalah golongan muda. Kaum muda biasanya ditandai
dengan proses pencarian jati diri. Dalam perjalanannya, kadang ada individu
yang berhasil mendapatkan jati dirinya dengan baik. Juga ada yang terperangkap
dalam lorong gelap modernitas. Salah satu pengaruh modernitas ada pada dunia entertainment.
Dunia ini penuh dengan lifestyle yang
cenderung kebarat-baratan. Kiblat hidupnya selalu ke negara barat. Persoalannya
bukan pada geografis, akan tetapi pada nilai. Sebagaimana kita ketahui, nilai
barat cenderung liberal. Terutama dalam pergaulan.
d. Kemajuan
pariwisata
Paradigma pembangunan
di banyak negara kini lebih berorientasi kepada pengembangan sektor jasa dan
industri, termasuk di dalamnya adalah industri pariwisata. Demikian juga halnya
yang berlangsung di Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir, aktivitas sektor
pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif oleh pemerintah dengan
harapan dapat menggantikan sektor migas yang selama ini menjadi primadona dalam
penerimaan devisa negara. Sektor pariwisata memang cukup menjanjikan
untuk turut membantu menaikkan cadangan devisa dan secara pragmatis juga mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat. Situasi nasional yang kini mulai
memperlihatkan perkembangan ke arah kestabilan khususnya dalam bidang politik
dan keamanan akan memberikan jaminan kepercayaan kepada wisatawan asing untuk
masuk ke wilayah Indonesia.
Pariwisata secara sosiolosis
terdiri atas tiga interaksi yaitu interaksi bisnis, interaksi politik dan
interaksi kultural (B. Sunaryo, 2000). Interaksi bisnis adalah interaksi
di mana kegiatan ekonomi yang menjadi basis materialnya dan ukuran-ukuran yang
digunakannya adalah ukuran-ukuran yang bersifat ekonomi. Interaksi
politik adalah interaksi di mana hubungan budaya dapat membuat ketergantungan
dari satu budaya terhadap budaya lain atau dengan kata lain dapat menimbulkan
ketergantungan suatu bangsa terhadap bangsa lain yang dipicu oleh kegiatan
persentuhan aktivitas pariwisata dengan aktivitas eksistensial sebuah
negara. Sedangkan interaksi kultural adalah suatu bentuk hubungan di mana
basis sosial budaya yang menjadi modalnya. Dalam dimensi interaksi kultural
dimungkinkan adanya pertemuan antara dua atau lebih warga dari pendukung unsur
kebudayaan yang berbeda.
Pertemuan ini
mengakibatkan saling sentuh, saling pengaruh dan saling memperkuat sehingga
bisa terbentuk suatu kebudayaan baru, tanpa mengabaikan keberadaan interaksi
bisnis dan interaksi politik. Kontak ini apabila terjadi secara massif akan
mengakibatkan keterpengaruhan pada perilaku, pola hidup dan budaya masyarakat
setempat. Menurut Soekandar Wiraatmaja (1972) yang dimaksud dengan perubahan
sosial adalah perubahan proses-proses sosial atau mengenai susunan
masyarakat. Sedangkan perubahan budaya lebih luas dan mencakup segala
segi kebudayaan, seperti kepercayaan, pengetahuan, bahasa, teknologi,
dsb. Perubahan dipermudah dengan adanya kontak dengan lain-lain kebudayaan
yang akhirnya akan terjadi difusi (percampuran budaya). Kita lihat misalnya
bagaimana terjadinya pergeseran kultur kehidupan masyarakat sekitar kawasan
Candi Borobudur yang semula berbasis dengan aktivitas kehidupan agraris
(bertani) bergeser menjadi masyarakat pedagang dan penjual jasa.
Dengan demikian
pariwisata ditinjau dari dimensi kultural dapat menumbuhkan suatu
interaksi antara masyarakat tradisional agraris dengan masyrakat modern
industrial. Melalui proses interaksi itu maka memungkinkan adanya suatu pola
saling mempengaruhi yang pada akhirnya akan mempengaruhi struktur kehidupan
atau pola budaya masyarakat khususnya masyarakat yang menjadi tuan rumah.
Dari dimensi struktural budaya, aktivitas industri pariwisata
memungkinkan terjadinya suatu perubahan pola budaya masyarakat yang
diakibatkan oleh penerimaan masyarakat akan pola-pola kebudayaan luar yang
dibawa oleh para pelancong. Pola-pola kebudayaan luar ini terekspresikan
melalui tingkah laku, cara berpakaian, penggunaan bahasa serta pola konsumsi
yang diadopsi dari wisatawan yang datang berkunjung.
Apabila tingkat
massifitas kedatangan turis ini cukup tinggi maka ada kemungkinan terjadi
“perkawinan” antara dua unsur kebudayaan yang berbeda. Dari pertemuan atau
komunikasi antar pendukung-pendukung kebudayaan yang berbeda tersebut, akan
muncul peniru-peniru perilaku tertentu atau muncul pola perilaku
tertentu. Meniru tindakan orang lain adalah kewajaran dari seorang
manusia. Tindakan ini bisa lahir karena tujuan-tujuan tertentu, dan bisa
jadi karena terdorong oleh aspek kesadaran ataupun karena dorongan-dorongan
yang sifatnya emosional. Artinya, seseorang individu bisa saja meniru
perilaku orang lain hanya karena dia melihat bahwa perilaku yang ditampilkan
oleh orang lain tersebut nampak indah atau nampak lebih modern. Tindakan
meniru atau yang biasa disebut dengan tindakan imitasi bisa terjadi jika ada
yang ditiru. Di sini faktor emosional dominan bermain karena seseorang tidak
akan memikirkan apakah perilaku yang ditiru tersebut sesuai atau tidak dengan
keadaaan dirinya. Dengan kata lain, orang tersebut tidak sempat lagi untuk
memikirkan kenampakan-kenampakan yang paling mungkin untuk muncul ke permukaan,
yang penting bagi dia adalah “aku ingin seperti turis itu karena aku menganggap
turis itu keren”.
Kontak selanjutnya
antara wisatawan dengan masyarakat tuan rumah adalah komunikasi verbal. Kontak
antara masyarakat tuan rumah dengan wisatawan membutuhkan suatu perantara atau
media atau alat yang mampu menjalin pengertian antara kedua belah pihak,
perantara atau media tersebut adalah bahasa, bahasa menjadi faktor determinan.
Akhirnya masyarakat kembali terdorong untuk bisa berbahasa asing. Dorongan itu
muncul bukan semata-mata karena motif ingin berhubungan misalnya korespondensi
atau yang lain, melainkan lebih disebabkan karena faktor ekonomi, untuk dapat
komunikatif dalam memasarkan dagangannya (baik produk souvenir, jasa menjadi guide,
dll). Ini berarti telah terjadi pola perubahan budaya masyarakat menuju ke arah
yang positif yaitu memperkaya kemampuan masyarakat khususnya dalam bidang
bahasa.
Demikian pula
kemunculan hotel, cafe, maupun toko-toko cinderamata di sekitar kawasan wisata
adalah variabel yang turut membantu menjelaskan apa yang menjadi penyebab
terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat sekitar kawasan wisata.
Dengan adanya berbagai sarana penunjang pariwisata itu masyarakat menjadi paham
akan adanya pola / sistem penginapan yang bersifat komersial, dengan
adanya cafe dan toko, logika pasar tradisional akan sedikit tergeser dari pola
penjualan dengan model tawar-menawar menjadi model harga pas. Dengan demikian
sedikit banyak telah terjadi pergeseran budaya dan tatanan sosial di masyarakat
sekitar kawasan wisata. Artinya budaya-budaya lama itu mengalami proses
adaptasi yang diakibatkan oleh adanya interaksi dengan para pelancong tersebut.
Hal itu dimungkinkan juga karena sifat dari budaya itu sendiri yang dinamis
terhadap perubahan yang terjadi.
e. Pergeseran Budaya
Dalam perspektif
fungsionalisme, perubahan budaya masyarakat pedesaan ini terjadi diawali dengan
adanya tekanan dari pemerintah (misalnya peraturan, sanksi, iming-iming, dll)
lalu ada penolakan dari sistem lama, integrasi antara keduanya dan akhirnya
dicapai titik keseimbangan baru. Karena pada awalnya terjadi kesenjangan
budaya, maka pemerintah membutuhkan agen-agen penyalur perubahan budaya ini.
Pada masa orde baru, elite pemerintahan birokrasi desa yang dipantau ketat
berperan aktif dalam menyalurkan perubahan kebudayaan ini.
Ada kalanya perubahan
kebudayaan ini mendapat penolakan dari beberapa pihak. Namun sikap represif dan
antipati segera akan muncul dan menyebabkan kelompok penolak perubahan budaya
ini seolah-olah tersingkir dari lingkungan sosialnya. Seringkali terjadi
penamaan status-status kepada kelompok yang menolak perubahan budaya ini.
Misalnya saja orang tersebut dikatakan “kuno dan tentinggal”, “ndeso”, “tidak
taat aturan” dan sebagainya. Penyikapan sosial inilah yang secara perlahan
merubah penolakan (resistan) kepada penerimaan. Perlahan-lahan kebudayaan baru
diterapkan dan kebudayaan lama ditinggalkan. Kalaupun kebudayaan lama masih
dilakukan itupun sangat jarang.
Misalnya saja program
listrik masuk desa dengan sangat cepat akan diikuti invasi teknologi, orang
mulai beli radio, televisi, lemari es, mesin cuci dan sebagainya. Akses
informasi yang dibawa oleh masing-masing alat komunikasi ini kemudian membawa
nilai-nilai baru bagi warga desa.
Inovasi teknologi
pertanian dari yang semula menggunakan peralatan sederhana menjadi mesin
modern, dari yang semula membajak dengan binatang diganti membajak dengan
mesin, semula menumbuk dengan alu berganti menumbuk otomatis dengan mesin,
semula mengangkut hasil pertanian dengan pedati berganti dengan mobil.
Kenyataan ini tidak hanya merubah paradigma masyarakat yang semula motivasi
bertani adalah bertahan hidup, menjadi orientasi profit finansial. Disamping
itu juga, percepatan panen padi membawa budaya instan dan sikap tergesa-gesa.
Program Keluarga
Berencana (KB) merubah kebiasaan masyarakat dari “keluarga besar”
menjadi—meminjam istilah pemerintah—“keluarga kecil sejahtera”. Pergeseran ini
tidak hanya merubah pola hubungan keluarga dari “keterkaitan
genetik/persaudaraan” menjadi “keterkaitan reproduksi dan finansial”, namun
juga mengeliminasi adanya organisasi kultural masyarakat dalam sebuah “keluarga
besar”.
Teknologi permainan
merubah jenis permainan kelompok menjadi permainan modern teknologis yang
cenderung individual. Misalnya permainan tradisional gobak sodor, gundu, patek
lele, jumpritan tidak lagi populer dan diganti dengan permainan baru
seperti Play Station (PS) dan game. Permainan tradisonal yang pada dasarnya
menumbuhkembangkan psikomotorik-afektif diganti dengan permainan modern yang
mengarah pada kognitif saja. Ini berpengaruh terhadap karakter anak setelah ia
berkembang dan hidup dalam lingkungan sosial yang lebih luas.
Sehingga, kemudian
jika ada orang atau sekelompok orang yang memiliki atau memelihara pola-pola
budaya lama, dengan segera ia akan dicap buruk dan disingkirkan dari kelompok.
Boleh jadi orang seperti ini akan dianggap menghalangi kemajuan,
anti-progresifitas. Perlakuan ini membuat orang kemudian malu untuk menggunakan
budaya lama dalam kehidupan sehari-hari, dan karena tidak pernah digunakan lagi
budaya itu berangsur-angsur hilang.
Dampak Positif Pegeseran Nilai
masyarakat Tradisional ke Moderen
Seperti yang telah di kemukakan diatas bahwa pergeseran nilai
budya menimbulkan dampak positif ataupun negative, Dampak positifnya yaitu:
Ø Arus komunikasi Lancar
Perubahan masyarakat
dari tradisional ke modern berdampak pada sarana komunikasi, pada masyarakat
tradisional mungkin masih menggunakan pentungan atau kulkul, burung merpati,
surat sebagai alat berkomunikasi satu dengan yang lainya, dngan terjadinya
pegeseran nilai-nilai maka sarana kmunikasi semakin cepat. Contoh ada
handphone, telegram, dan sejenisnya sehingga komunikasi meenjadi cepat dan
mudah dilaksanakan.
Ø Berkembangnya ilmu pengetauan dan tehnologi
Pergerseran masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern membawa dampak yang sangat signifikan
yaitu masyarakat modern yang yang dulunya tradisional dapat beraktivitas jauh
lebih mudah. Contoh : pada masyarakat yang dulu menggumakan tulisan
tangan dalam mengirim surat sekarang sudah bisa lewat komputer atau pun laptop.
Ø Tingkat hidup yang lebih baik
Peergeseran nilai erat
hubunganya dengan pengaruh globalisasi, globalisasi menyebakan pergeseran nilai
budaya. Berhubungan pula dengan industry-industri maju, dengan dibukanya
industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan trasportasi yang canggih
merupakan salah satu untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Ø Perubahan sistem pengetahuan
Masyarakat bila sudah
modern akan memilki kesadaran betapa pentingnya pendidikan. Dengan bekal
pengetahuan masyarakat sudah siap untuk menghadapi pergeseran nilai yang
mungkin terjadi di era global. Dengan pengetahuan pula kita dapat
memproduksi barang dan jasa dengan mudah.
Ø Perubahan Pandangan Hidup
Pandangan hidup
merupakan seseorang atau sekelompok orang yang bermangsud menanggapi dan
memeranggakan segala masalah yang tejadi. Pandangan hidup sebgai komponen
budaya cenderung berubah sejalan dengan perubahan konsep hidup masyarakat.
Perubahan pandangan hidup masyarakat Indonesia terlihat pada perubahan
sikapnya, prilaku dan karyanya berkat pembangunan berkembanglah pandangan
tentang pentingnya keseimabangan kehidupan yang material dan spiritual, pembaguanan
yang berwawasan lingkungan.
2
.4. Dampak Negatif Pergeseran nilai
masyarakat Tradisional ke Moderen
Pergeseran nilai-nilai masyarakat selain berdampak positif
dapat juga dapat menimbulkan dampak negative, seperti :
Ø Timbulnya sikap individualistis
Masyarakat merasa
sangat dimudahkan dengan tehnologi maju membuat mereka tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam aktivitasnya. Kadang- kadang mereka lupa akan
dirinya sebagai mahluk social. Mereka cenderung untuk hidup sendiri-sendiri
tanpa memperhatikan orang lain, rasa getong royong, ramah tamah dan sopan
santun mulai memudar. Nilai-nilai yang telah dijunjung sesuai budaya leluhur
mereka akan mulai di tinggalkan. Akibat dari memudarnya nilai-nilai budaya
local akan menimbulkan sikap individualistis
Ø Kesenjangan social
Pergeseran nilai
masyarakat tradisional ke modern tidak lepas dari pengaruh modernisasi dan
pengaruh globalisasi, bila ada beberapa individu yang dapat mengikuti pengaruh
tersebut akan terjadi kesenjangan social. Kesenjangan social akan menyebabkan
jarak anatara si kaya dan si miskin dan hal ini bisa merusak nilai-nilai
kebinekaan dan ketunggalikan bangsa Indonesia. Hal ii juga akan memicu
prasangka social, persaingan dalam kehidupan cenderung akan mebuat orang
tersebut frustasi, maka orang akan timbulah tindak criminal seperti perampokan
hanya untuk alasan pemenuhan kebutuhan.
Ø Masuknya Nilai-nilai Dari Budaya Lain
Masyarakat modern
umumnya telah mengetahui tehnologi, seperti internet, handpone media televise
dan tehnologi yang lainya yang ditiru habis-habisan. Internet contohnya bila
digunakan untuk memperdalam materi pejaran itu baik. Tetapi sebaliknya dan ini
sebuah kenyataan bahwa internet terkadang digunakan untuk mengakses video porno
atau yang betentangan dengan norma-norma masyarakat. Selain itu apresiasi
terhadap nilai budaya localpun pudar serta nilai keagamaan akan mengalami
kemunduran. Disini bisa dilihat pergeseran nilainya yaitu Beralih ke budaya
barat dan budaya lainya.
Ø Penyebaran nilai-nilai politik barat yang
kurang
Penyebaran nilai-nilai
politik barat secara langsung atau tidak langsung dalam bentuk-bentuk unjuk
rasa, demonstrasi yang semakin berani dan terkadang mengabaikan kepentingan
umum. Masyarakat cenderung menghadapi dengan anarkisme.
Ø Kenakalan Remaja
Imbas dari pergeseran
nilai-nilai masyarakat moderent adalah kenakalan remaja. Pengaruh internet
ataupun HP yang ditiru habis-habisan menimbulkan kenakalan remaja, contoh bila
remaja membawa Hp camera bisa menyimpan sesuatu yang porno didalam hpnya
sehingga suatu saat pasti remaja mencoba adegan itu, padahal adegan itu
hanyalah untuk orang yang sudah mempunyai ikatan perkawinan. Maka telah terjadi
pegeseran nilai masyarakat tradisional ke modern. Masyarakat Moderen cenderung
melupakan budaya aslinya.
Ø Adanya Penyakit Masyarakat
Penyakit masyarakat
atau Patologi Sosial bisa muncul di karenakan pergeseran nilai masyarakat,
seperti yang telah dijelaskan bahwa pergeseran nilai berdampak pada kesenjangan
social. Maka si miskin terpaksa mencuri untuk pemenuhan kebutuhan. Selain itu
banyak orang memilih untuk menjadi Psk itupun kebanyakan karena alasan
kebutuhan, walau ada karena alasan lain. Maka pergeseran nilai dan norma
kesusilaan bergeser secara cepat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar